Kecelakaan
beruntun terjadi di Jalan Raya Yogya-Solo, tepatnya di pertigaan Bogem, sekitar
400 meter sebelum pintu gerbang candi Prambanan. Sebuah armada travel agency warna putih terlihat dalam
posisi terbalik. Kondisi mobil bonyok, dan remuk tak berbentuk, setelah
dihantam truk bermuatan puluhan ton yang datang dari arah berlawanan. Empat
wisatawan asing penumpang mobil na’as itu dipastikan tak ada yang selamat. Termasuk
seorang pemandu wisata yang teridentifikasi bernama Abdul Mustajab. Semuanya
tewas dalam keadaan mengenaskan. Jenazah korban bergeletakan di atas aspal
beton sekitar lokasi kejadian. Akibat benturan keras, hampir semua kepala
korban pecah, hingga otaknya berserakan di mana-mana.
Petugas medis berupaya keras
mengumpulkan potongan-potongan tubuh masing-masing korban dan menyatukannya di dalam
kantong mayat. Jenazah Bartolome (Spanyol), Patrick (Jerman), Fuller
(Australia) dan John (Amerika) telah berhasil diidentifikasi. Begitu pun dengan
otak yang tadi berserakan, telah dikembalikan ke dalam kepala masing-masing
jenazah. Tapi, mereka tidak berhasil menemukan otak Abdul Mustajab, pemandu
wisata berkewarganegaraan Indonesia itu. Padahal, kepala korban itu jauh lebih
hancur dibanding keempat korban lainnya.
“Segera
lakukan evakuasi!” begitu instruksi pimpinan polisi.
“Tunggu, Pak!
Masih ada bagian tubuh korban yang belum kami temukan!” sela salah seorang
petugas medis.
“Korban
yang mana?”
“Abdul Mustajab,
pemandu wisata. Satu-satunya korban orang Indonesia”
“Apanya
yang belum ditemukan?”
“Mestinya
otak korban berserakan di sekitar lokasi tabrakan. Sebab, kepala bagian
belakangnya hancur,” jelas petugas medis itu lagi.
“Abaikan! Urus
saja mayat-mayat ini, segera naikkan ke ambulan!”
“Tapi, Pak….!
“Ah,
sudahlah! Mungkin orang Indonesia memang tak punya otak!”
@damhurimuhammad
No comments:
Post a Comment