Monday, August 29, 2016

OTAK










Kecelakaan beruntun terjadi di Jalan Raya Yogya-Solo, tepatnya di pertigaan Bogem, sekitar 400 meter sebelum pintu gerbang candi Prambanan. Sebuah armada travel agency warna putih terlihat dalam posisi terbalik. Kondisi mobil bonyok, dan remuk tak berbentuk, setelah dihantam truk bermuatan puluhan ton yang datang dari arah berlawanan. Empat wisatawan asing penumpang mobil na’as itu dipastikan tak ada yang selamat. Termasuk seorang pemandu wisata yang teridentifikasi bernama Abdul Mustajab. Semuanya tewas dalam keadaan mengenaskan. Jenazah korban bergeletakan di atas aspal beton sekitar lokasi kejadian. Akibat benturan keras, hampir semua kepala korban pecah, hingga otaknya berserakan di mana-mana.

            Petugas medis berupaya keras mengumpulkan potongan-potongan tubuh masing-masing korban dan menyatukannya di dalam kantong mayat. Jenazah Bartolome (Spanyol), Patrick (Jerman), Fuller (Australia) dan John (Amerika) telah berhasil diidentifikasi. Begitu pun dengan otak yang tadi berserakan, telah dikembalikan ke dalam kepala masing-masing jenazah. Tapi, mereka tidak berhasil menemukan otak Abdul Mustajab, pemandu wisata berkewarganegaraan Indonesia itu. Padahal, kepala korban itu jauh lebih hancur dibanding keempat korban lainnya.

            “Segera lakukan evakuasi!” begitu instruksi pimpinan polisi.

            “Tunggu, Pak! Masih ada bagian tubuh korban yang belum kami temukan!” sela salah seorang petugas medis.

            “Korban yang mana?”

            “Abdul Mustajab, pemandu wisata. Satu-satunya korban orang Indonesia”

            “Apanya yang belum ditemukan?”

            “Mestinya otak korban berserakan di sekitar lokasi tabrakan. Sebab, kepala bagian belakangnya hancur,” jelas petugas medis itu lagi.

            “Abaikan! Urus saja mayat-mayat ini, segera naikkan ke ambulan!”

            “Tapi, Pak….!

            “Ah, sudahlah! Mungkin orang Indonesia memang tak punya otak!”



@damhurimuhammad

No comments:

Post a Comment