Ini
tentang foto-foto lebaran, reunian, hingga halal-bihalalan yang bergentayangan
di laman-laman media sosial setiap kali musim lebaran tiba. Busana, pose, sudut
pandang, dan latar-tempatan boleh saja berbeda-beda, tapi jiwa dari sebagian
besar foto-foto itu menyuguhkan kecendrungan yang sama; riang-gembira, tapi
diam-diam seperti menyimpan duka-cita, bersahaja, tapi diam-diam menyembunyikan
ambisi tak terkira, bersuka-ria, tapi memelihara dengki yang tak kasat mata,
berbahagia tapi sekadar basa-basi yang dipaksakan.
suci dan berseri-seri, tapi mengoleksi sedemikian banyak penyakit hipokrasi.
begitulah sodara, ini kemudian mengingatkan saya pada pesan penting seorang
sanak-saudara bahwa saya sudah terlalu lama tidak berkunjung ke rumahnya, saya
sudah bertahun-tahun tidak menjaga silaturahmi, saya hanya datang dan berjabat
tangan bila sudah ada yang meninggal dunia di sana. Itupun kalau hati saya
sedang terpanggil. Lalu, saya menimbang-nimbang, kenapa yang harus datang
berkunjung itu senantiasa yang lemah kepada yang kuat, yang muda kepada yang
tua, dan yang paling sering terjadi adalah yang miskin kepada yang kaya? Pernahkah sekali saja pihak-pihak yang kuat itu beritikad untuk menjenguk
saudaranya yang lemah, yang tua berkenan singgah sejenak di rumah saudara
mudanya? Agaknya ini sangat jarang terjadi. Demikianlah foto-foto lebaran,
reunian, dan halal bihalalan yang diam-diam saya perhatikan itu berkabar dengan
segenap kejujuran.
@damhurimuhammad
No comments:
Post a Comment