ilustrasi: Barma |
Abdul
Mustajab siswa yang cerdas. Utamanya dalam mata pelajaran Matematika. Di
kelasnya, anak itu disebut-sebut siswa yang paling cepat menyelesaikan
soal-soal aljabar, aritmatika dan geometri. Itu sebabnya, Abdul Mustajab menjadi
murid kesayangan Pak Saidan, guru Matematika yang terkenal sangar itu.
Satu-satunya murid yang belum pernah diomelinya hanya Abdul Mustajab.
Suatu hari Pak Saidan jatuh sakit,
sehingga beberapa kali pertemuan jam mata pelajaran Matematika terpaksa digantikan
oleh Bu Sherly. Seperti lazimnya, bilamana guru sakit, dan tak sembuh dalam
waktu dua minggu, tibalah saatnya murid-murid harus membesuk ke rumah yang
bersangkutan. Pada saat teman-teman kelas Abdul Mustajab membesuk Pak Saidan,
si murid kesayangan itu malah absen. Ia beralasan, hari itu ia harus
membantu orangtuanya yang berjualan goreng pisang di emperan pasar Inpres.
“Mustajab
mana? Kok tidak datang?” tanya Pak Saidan pada murid-muridnya.
“Maaf, Pak!
Mustadir berhalangan,” jawab Selvi, agak gugup.
“Wah,
keterlaluan sekali anak itu!”
“Saya sudah
sering sakit, tapi belum pernah sekali pun ia datang menjenguk,” ketus Pak
Saidan.
Beberapa hari kemudian, kesehatan Pak Saidan mulai pulih. Guru
Matematika itu mulai mengajar seperti biasanya. Mulai lagi memberi setumpuk
soal-soal Matematika yang harus dikerjakan sebagai PR. Pada pertemuan itu
perhatian Pak Saidan langsung mengarah pada Abdul Mustajab, murid
kesayangannya. Sepertinya ada sesuatu yang hendak ditanyakannya.
“Mustajab!
Kenapa kamu tidak datang membesuk saya?” tanya Pak Saidan
“Dari semua teman-temanmu di kelas
ini, cuma kamu yang tidak ikut menjenguk saya”
“Maaf, Pak! Waktu itu saya sedang repot.
Tapi saya janji, nanti saya akan menjenguk Bapak” jawab Abdul Mustajab, dengan santai.
“Nanti?
Nanti kapan hah?”
“Nanti
kalau Bapak sudah sakit sekali lagi…” balas Abdul Mustajab lagi.
“Murid
sialan...!” umpat Pak Saidan, dalam hati.
@damhurimuhammad
No comments:
Post a Comment